Kelas 1d Akuntansi
1. Dede Siti Rohmatilah
2. Irma Yanti
3. Mahyardani
4. Wiwin Yuniawati
MENGELOLA SUMBER DAYA MANUSIA
A. PROSES MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (MSDM)
Manajemen sumber daya manusia begitu penting karena:
1. MSDM bisa menjadi sumber yang signifikan bagi keunggulan kompetitif.
2. MSDM menjadi bagian penting dari strategi organisasi.
3. MSDM sangat mempengaruhi kinerja organisasi.
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi proses MSDM
1. Serikat pekerja, merupakan suatu organisasi yang mewakili pekerja dan berupaya melindungi kepentingan mereka melalui perundingan bersama.
2. Peraturan pemerintah. MSDM suatu organisasi dipengaruhi oleh kebijakan hukum negara yang bersangkutan. Upaya menyeimbangkan antara yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan sering kali menimbulkan kebijakan khusus. Melalui kebijakan khusus suatu organisasi secara aktif berupaya meningkatkan status anggota kelompok minoritas.
3. Tren demografis. Tren demografis menjadi sangat penting karena bisa mempengaruhi praktek MSDM di masa kini dan di masa yang akan datang.
B. MENGIDENTIFIKASI DAN MENYELEKSI KARYAWAN YANG KOMPETEN.
Menyeleksi dan mengidentifikasi karyawan terdiri dari tiga tahap:
1. Perencanaan Sumber Daya Manusia
Merupakan proses dimana manajer memastikan bahwa mereka memiliki jumlah dan jenis orang-orang yang tepat di tempat serta waktu yang juga tepat. Perencanaan SDM mencakup dua langkah yaitu:
a. Menilai sumber daya manusia yang ada sekarang
b. Memenuhi kebutuhan SDM di masa yang akan datang
2. Rekrutmen dan Dekrutmen
Rekrutmen yaitu melokasikan, mengidentifikasi, dan menarik para pelamar kerja yang kompeten. Sumber-sumber rekrutmen bisa diperoleh melalui internet, rujukan karyawan, web site perusahaan, rekrutmen melalui kampus, dan organisasi rekrutmen profesional.
Dekrutmen adalah mengurangi angkatan kerja suatu organisasi. Opsi-opsi dekrutmen terdiri dari pemecatan, PHK, atrisi, transfer, pengurangan jam kerja, pensiun dini dann berbagi tugas.
3. Seleksi
Seleksi adalah menyaring para pelamar kerja untuk menetapkan siapa yang paling memenuhi kualifikasi atas pekerjaan tersebut. Manajer melakukannya dengan menggunakan prosedur seleksi dengan cara:
a. Validasi dan Reliabilitas. Agar suatu perangakat seleksi menjadi valid, harus ada hubungan nyata antara perangkat seleksi tersebut dan beberapa kriteria yang relevan.
b. Jenis-jenis alat seleksi. Alat seleksi yang paling terkenal adalalh:
- Formulir aplikasi
- Tes tertulis
- Tes simulasi kerja
- Wawancara
- Investigasi latar belakang
- Pemeriksaan fisik
c. Tinjauan pekerjaan yang realisti (gambaran pekerjaan yang memberikan informasi negatif dan positif mengenai pekerjaan dan perusahaan).
C. MEMBERIKAN KARYAWAN KEMAMPUAN DAN PENGETAHUAN YANG DIBUTUHKAN
Pekerjaan yang memperkenalkan karyawan baru pada pekerjaan dan organisasinya disebut orientasi. Ada dua jenis organisasi:
a. Orientasi unit kerja, adalah memperkenalkan karyawan dengan sasaran-sasaran dari unit kerja, menjelaskan bagaimana pekerjaannya berkontribusi pada pencapayan sasaran unit kerja,dan meliputi pegenalan karyawan baru tersebut dengan rekan kerjanya.
b. Orientasi organisasi adalah menginformasikan karyawan baru tentang sasaran perusahaan, riwayatnya, filosofinya, prosedurya, dan peraturanya.orientasi ini juga harus mecakup kebijakan SDM yang relevan dan bahkan mungkin berkeliling ke fasilitas-fasilitas peruahaan.
Pelatihan Karyawan
a. Jenis-jenis pelatihan
1. Jenis umum, meliputi keterampilan komunikasi, program dan aplikasi sistem komputer, layanan pelanggan, pegembangan eksekutif, pengembagan dan keterampilan manajerial, pengembangan diri, penjualan keterampilan supervisi, dan pengetahuan dan keterampilan teknologi.
2. Jenis khusus, meliputi keterampilan pekerjaan/hidup dasar, kreatifitas, pendidikan konsumen, kesadaran budaya/keaaekaragaman, perbaikan penulisan, perubahan tata kelola, kepemimpina, wawasan produk, kemampuan presentasi/berbicara di depan publik, keamanan, etika, pelecehan seksual, kemampuan membagu tim, kesehatan dan sebagainya.
b. Metode Pelatihan
1. Metode pelatihan tradisional
On-the job, karyawan belajar untuk melakukan tugas-tugas dengan mempraktikkanya.
Rotasi kerja, karyawan bekerja di berbagai bidang pekerjaan,sehingga mengenali berbagai tugas.
Mentoring dan coaching, karyawa bekerja dengan karyawan yang berpengalama yang memberikan informasi, dukugan dan dorongan.
Latihan pengalaman,karyawan berpartisipasi dalam permainan peran,simulasi, atau jenis pelatihan yang melibatkan tatap muka langsung.
Manual/buku kerja, karyawan merujuk pada buku pelatihan dan manual utuk mendapatkan informasi.
Kelas pelatihan, karyawan menghindari suatu kelas yang dirancang untuk penyampaian informasi yag spesifik.
2. Metode pelatihan berbasis teknologi
CD-ROM/DVD/rekaman video/audio/podcash, karyawan mendengarkan atau menonton media tertetu yang berisikan informasi atau mempertunjukan teknik-teknik tertentu.
Videoconferece/teleconperence/TV satelit, karyawan mendegarkan dan berpartisipasi ketika informasi disampaikan.
E-learning, pembelajaran berbasis internet di mana karyawan berpartisipasi dalam simulasi multimedia atau modul interaktif lainnya,
D. MEMPERTAHANKAN KARYAWAN YANG KOMPETEN DAN BERKINERJA BAIK
1. Manajemen Kinerja Yang Baik
a. Sistem manajemen kerja, sistem ini menetapkan standar kinerja yang digunakan dalam mengevaluasi karyawan.
b. Metode penilaian kerja. Terdiri dari metode esai, peristiwa penting, skala penilaian grafis, BARS (Behaviorally Anchored Rating Scale), perbandingan multikaryawan, MBO, dan penilaian 360 derajat.
2. Kompensasi dan Manfaat
Kompensasi organisasi bisa meliputi berbagai jenis imbalan dan bonus, seperti gaji dan upah pokok, gaji dan upah tambahan, pembayaran insentif dan bonus serta layanan lain. Beberapa faktor yang mempengaruhi paket kompensasi dan manfaat:
a. Jabatan dan kinerja karyawan.
b. Jenis pekerjaan yang dilakukan
c. Jenis bisnisnya
d. Serikat pekerja
e. Padat modal atau padat karya
f. Filosofi gaji
g. Lokasi geografis
h. Profitabilitas perusahaan
i. Ukuran perusahaan
E. ISU-ISU KONTEMPORER DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA MANUSIA
1. Mengelola perampingan perusahaan.
Perampingan (downsizing) adalah eliminasi terencana atas berbagai pekerjaan dalam suatu organisasi. Tips dalam mengelola perampingan:
a. Berkomunikasi secara jujur dan terbuka
b. Mengikuti undang-undang yang mengatur manfaat atau uang pesangon
c. Menyediakan konseling atau dukungan bagi karyawan yang masih bertahan
d. Merombak ulang peran karyawan berdasarkan latar belakang dan talenta masing-masing
e. Berfokus pada peningkatan semangat kerja.
2. Mengelola Keanekaragaman Angkatan Kerja
Keanekaragaman angkatan kerja mempengaruhi aktivitas MSDM.
a. Rekrutmen, untuk mengatasi keanekaragaman angkatan kerja manajer harus memperluas jaringan rekrutmennya.
b. Seleksi, saat sekumpulann pelamar kerja dari berbagai latar belakang berdatangan, manajer harus menjamin bahwa prosesnya tidak diskriminatif.
c. Orientasi dan pelatihan.
3. Mengelola Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual didefinisikan sebagai tindakan atau aktivitas yang tidak diinginkan akibat dari dorongan seksual yang dapat mempengaruhi pekerjaan, kinerja atau suasana kerja individu.
4. Mengelola Keseimbangan Antara Kehidupan Pribadi-Pekerjaan
Dalam menanggapi hal ini banyak organisasi yang menawarkan manfaat kerja yang ramah-tamah, artinya mengakomodasi kebutuhan karyawan akan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.
5. Mengendalikan biaya SDM
Biaya yang harus dikelolanya adalah biaya perawatan kesehatan karyawan dan biaya rencana pensiun karyawan.
Manajemen
Senin, 06 Juni 2011
Membangun etika bisnis
Nama : Mahyardani
NIM : 2107100121
Kelas : I.D
MEMBANGUN ETIKA BISNIS
Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan
manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan
mengoperasikan bisnis yang etik.
Dalam menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pengendalian Diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masingmasing
untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun.
Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan
main curang atau memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan tersebut.
Walau keuntungan yang diperoleh merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi
penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah
etika bisnis yang "etik".
2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan
hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis
untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand
harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak
memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan
memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll.
3. Mempertahankan Jati Diri
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha
menciptakan etika bisnis. Namun demikian bukan berarti etika bisnis anti
perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus
dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.
4. Menciptakan Persaingan yang Sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan
kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya
harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
5. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan"
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat
sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang.
Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng-"ekspoitasi" lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.
6. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan
Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak
akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.
7. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit
(sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan
"katabelece" dari "koneksi" serta melakukan "kongkalikong" dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi" serta memberikan "komisi" kepada pihak yang terkait.
8. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan Pengusaha
Untu menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada sikap saling
percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha
lemah, sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan
pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis.
9. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana
apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut.
Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada
"oknum", baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan "kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan "gugur" satu semi satu.
10. Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa
Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis. Jika etika ini telah dimiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.
11. Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang
menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi" terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral dan beretika saat sekarang ini sudah dirasakan dan sangat diharapkan semua pihak apalagi dengan semakin pesatnya perkembangan globalisasi dimuka bumi ini. Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang itu akan dapat diatasi.
NIM : 2107100121
Kelas : I.D
MEMBANGUN ETIKA BISNIS
Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan
manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan
mengoperasikan bisnis yang etik.
Dalam menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pengendalian Diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masingmasing
untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun.
Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan
main curang atau memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan tersebut.
Walau keuntungan yang diperoleh merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi
penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah
etika bisnis yang "etik".
2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan
hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis
untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand
harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak
memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan
memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll.
3. Mempertahankan Jati Diri
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha
menciptakan etika bisnis. Namun demikian bukan berarti etika bisnis anti
perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus
dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.
4. Menciptakan Persaingan yang Sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan
kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya
harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
5. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan"
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat
sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang.
Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng-"ekspoitasi" lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.
6. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan
Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak
akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.
7. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit
(sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan
"katabelece" dari "koneksi" serta melakukan "kongkalikong" dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi" serta memberikan "komisi" kepada pihak yang terkait.
8. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan Pengusaha
Untu menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada sikap saling
percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha
lemah, sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan
pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis.
9. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana
apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut.
Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada
"oknum", baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan "kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan "gugur" satu semi satu.
10. Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa
Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis. Jika etika ini telah dimiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.
11. Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang
menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi" terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral dan beretika saat sekarang ini sudah dirasakan dan sangat diharapkan semua pihak apalagi dengan semakin pesatnya perkembangan globalisasi dimuka bumi ini. Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang itu akan dapat diatasi.
Actuating
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. latar Belakang
pengetahuan tentang actuating (pergerakan) dikalangan para remaja zaman sekarang harus ditingkatkan. Pengetahuan tentang actuating pun penting untuk diketahui dan dipelajari. Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan akan lebih meningkatkan pengetahuan kita mengenai penjelasan tentang actuating.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
Untuk mengetahui pengertian actuating
Untuk mengetahui Directing
Untuk mengetahuiModel Motivasi Manusia
Untuk mengetahui Beberapa hal yang tercakupdala actuating
1.3. Rumusan Masalah
Perumusan Masalah
Apa pengertian actuating?
Apa pengertian Directing?
Bagaimana Model Motivasi Manusia?
Apa saja yang tercakup dalam Actuating?
BAB II
ISI
2.1. Pengertian Actuating
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :
(1) Merasa yakin akan mampu mengerjakan,
(2) Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya,
(3) Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak,
(4) Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan
(5) Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
2.2. Directing atau Commanding
Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
Directing atau Commanding merupakan fungsi manajemen yang dapat berfungsi bukan saja agar pegawai melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu kegiatan, tetapi dapat pula berfungsi mengkoordinasikan kegiatan berbagai unsur organisasi agar efektif tertuju kepada realisasi tujuan yang ditetapkan sebelumnya
Fungsi Pengarahan dan Implementasi
proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi
Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
Adapun cara yang biasa dikenal adalah sebagai berikut :
Pengarahkan dilakukan dengan cara memberikan informasi yang di perlukan terutama yang berhubungna denga masalah yagn dihadapi karyawan. Pengarahan semacam ini biasanya dilakukan untuk mengangani karyawan – karywayan yang barusaja diterima sebagai karyawan baru di perusahaan. Adapun pengarahan tersebut bisa mencakup tugas yang harus dilakukan, cara – cara yang digunakan, hubungan antar sesame karyawan, tugas melaksanakan kegiatan dan seaagainya
Pengarahan dengan cara memberikan perintah yang harus dilakukan oleh bawahan. Perintah tersebut dapat dilakukan dengan cara tertulis ataupun lisan dimana perintah tersebut perlu untuk dimengerti secara baik oleh atasan. Jadi atasan harus dapat menyesuaikan kapan atasan memberikan perintah secara pormal atau tertulis maupun perintah secara lisan dan kapan atasan harus memberikan perintah yang harus dilakukan seluruh bawahan (umum) maupun hanya bagian tertentu saja (khusus)
2.3. Beberapa hal yang tercakup dalan Actuating yaitu :
1. Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasi merunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jarngan organisasi.Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok.
Pembahasan komunikasi organisasi antara lain menyangkut struktur dan fungsi organisasi, hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya organisasi. Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horizontal.
Dalam teori-teori organisasi ada dua hal yang mendasar yang dijadikan pedoman:
Teori tradisi posisional yang meneliti bagaimana manajemen menggunakan jaringan-jaringan formal untuk mencapai tujuannya.
Teori tradisi hubungan antar pribadi yang meneliti bagaimana sebuah organisasi terbentuk melalui interaksi antar individu.
2. Coordinating
Coordinating atau mengkoordinasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerjasama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan itu, antara lain dengan memberi instruksi, perintah, mengadakan pertemuan untuk memberikan penjelasan bimbingan atau nasihat, dan mengadakan coaching dan bila perlu memberi teguran.
3. Motivating
Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahannya melakukan kegiatan secara sukarela sesuai apa yang dikehendaki oleh atasan. Pemberian inspirasi, semangat dan dorongan oleh atasan kepada bawahan ditunjukan agar bawahan bertambah kegiatannya, atau mereka lebih bersemangat melaksanakan tugas-tugas sehingga mereka berdaya guna dan berhasil guna.
4. Leading
Istilah leading, yang merupakan salah satu fungsi manajemen, di kemukakan oleh Louis A. Allen yang dirumuskannya sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang menyebabkan orang lain bertindak. Pekerjaan leading, meliputi lima macam kegiatan, yakni 1) mengambil keputusan, 2) mengadakan komunikasi agar ada saling pegertian antara manajer dan bawahan, 3) memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak, 4) memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta 5) memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.4. Fungsi actuating dalam perusahaan
Fungsi fundamental dalam perusahaan setelah menata perencanaan dan pengorganisasian adalah bagaimana cara menggerakan manusia secara sukarela untuk melakukan aktiftas personal yang sesuai dengan tujuan perusahaan. “Menggerakan merupakan usaha untuk menggerakan anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan yang bersangkutan dan anggota perusahaan tersebut oleh karena anggota itu ingin mencapai sasaran tersebut” (Terry:2006:313)
2.5. Premis dasar
Menurut McGregor berpendpat bahwa ada premis dasar yang merupakan pandangan yang berlawanan dalam bentuk teori x dan teori y dengan Ciri-ciri teori X adalah berasumsi :
kebanyakan pekerja yang bekerja pada suatu perusahaan bekerja sedikit mungkin dan mereka umumnya menentang perubahan. kebanyakan pekerja harus dibujuk, diberikan penghargaan, diuhukum dan diawasi untuk mengubah kelakuan mereka agar sesuai dengan kebutuhan organisasi.
kebanyakan pekerja ingin diberikn pengarahan oleh seorang manajer formal dan dimana ada kesempatan mereka berusaha untuk menghindri tnggungjawab.
2.6. Ciri-ciri teori Y adalah berasumsi :
kebanyakan pegawai perusahaan tidaklah secara inheren membenci pekerjaan
kebanyak pegawai memiliki kapasitas untuk menerima tanggungjawab dan potensi untuk pengembangan tetapi manajemen melalui tindakanya harus membuat mereka sadar tentang sifat-sifat tersebut. kebanyakan pegawai ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan untuk mengaktualisasi diri sendiri.
2.7. Teori dasar motivasi
Dari premis dasar diatas dikenallah Motivasi yang berasal dari movere artinya menggerakan, didalamnya ada beberapa teori dasar untuk menggerakan manusia antara motivasi, kepemimpinan, komunikasi, evaluasi.
“…Motivasi mewakili proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan terjadinya persistensi kegiatan sukarela yang diarahkan ke arah tujuan tertentu” (Mitchel, 1982:81)
” Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan” (Terry, 2006:328)
Motivasi adalah kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapi tujuan organisasi yang dikondisi oleh kemampuan, upaya demikian untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu (Robbin,et.al, 1999:50)
Motivasi berhubungan dengan jiwa manusia dan pola prilaku manusia seutuhnya dan berbicara manusia selalu berhubungan dengan sebuah kebutuhan. Maslow berpendapat kebutuhan manusia berhirarkhi antara lain meliputi : 1). kebutuhan psikologis, 2). kebutuhan akan keamanan, 3). kebutuhan akan apeksi, 4). kebutuhan akan pandangan masyarakat dan 5). kebutuhan akan aktualisasi diri sendiri. Herzberg beranggapan bahwa manusia memiliki dua macam kebutuhan fundamental yaitu 1). kebutuhan akan pertumbuhan psikologis 2). kebutuhan untuk menghindari perasaan sakit dan discomport.
2.8. Fungsi Actuating dalam organisasi
Fungsi pundamental ketiga dari fungsi manajerial adalah menggerakan orang untuk melaksanakan aktifitas organisasi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Menggerakan jelas membutuhkan adanya kematangan pribadi dan pemahaman terhadap karakter manusia yang memiliki kecenderungan berbeda dan dinamis, sehingga membutuhkan adanya sinkronisasi. Sehingga bisa dikatakan fungsi actuating jauh lebih rumit oleh karena harus berhadapan langsung sehingga fungsi leadershif begitu kentara sekali dibutuhkan sekalipun semuanya melalui proses planning dan pengorganisasian terlebih dulu. Premis yang begitu fenomenal diungkapkan Doghlas McGregor bahwa seorang karyawan selalu diasumsikan negatif dan positif :
1. Teori X yang menganggap
Kebanyakan karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan bekerja sesedikit mungkin dan mereka umumnya menentang perubahan, Kebanyakan karyawan harus dibujuk.dipersuasi, diberikan penghargaan, diuhkum dan diawasi untuk mengubah kelakuan mereka agar sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan organisasi. Kebanyakan karyawan ingin diberikan pengarahan oleh seorang menejer formal dan dimana ada kesempatan mereka berusaha untuk menghindari tanggungjawab
2. Teori Y menyatakan :
Kebanyakan karyawan memiliki kapasitas untuk menerima tanggungjawab dan potensi untuk pengembangan tetapi manajemen melalui tindakan-tindakannya harus membuat mereka sadar tentang sifat-sifat tersebut. Kebanyakan karyawan ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial, kebutuhan akan pengahrgaan dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri sendiri
2.9. Motivasi
Motivasi sebagai “proses psikologikal yang yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan terjadinya persistensi kegiatan sukarela yang diarahkan kearah tujuan tertentu” (Mitchell, 1982:81)
Motivasi sebagai “kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang dikondisi oleh kemampuan upaya demikian untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu” (Robbins et.al, 1999:50)
Motivasi adalah “hasil proses-proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu yang menimbulkan sikap entusias dan persistensi untuk mengikuti arah tindakan tindakan tertentu” (Gray, 1984:69)
1. teori Motivasi
Menurut Landy & Becker (1987) teori motivasi dikategorikan dalam 5 macam yaitu : teori kebutuhan (need theory), teori keadilan (equity theory), teori ekpektansi (expectancy theory) dan teori penetapan tujuan (goal-setting theory)
a. Teori kebutuhan
•Teori hirarkhi kebutuhan Abraham Maslow yang mengungkapkan Motivasi manusia berhubungan dengan 5 macam kebutuhan yang berhirarkhi yaitu :
Kebutuhan psikologis
Kebutuhan akan keamanan
Kebutuhan akan apeksi
Kebutuhan akan pandangan masyarakat
Kebutuhan akan aktualisasi diri sendiri
Teori Erg dari Clayton P. Alderifer (1972) yaitu terkenal dengan teori (ERG yaitu Existence needs=E, Relatedness needs = R dan Growth needs = G)
Teori kebutuhan mencapai prestasi dan McClelland (1940) (motivasi berbeda-beda sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi
Teori Higiene motivator dari Frederick Herzberg (1959) yang berpendapat bahwa motivasi merupakan dampak langsung dari kepuasan kerja dimana didalamnya ada motivator kerja dan ada faktor higiene dalam bekerja.
b. Teori keadilan (Kreitner et.al., 1989
yang berpendapat orang-orang berupaya mendapatkan kelayakan dan keadilan dalam pertukaran-pertukaran sosial atau hubngan memberi dan menerima. Tendensi keadilan dan ketidakadilan :
Seorang individu akan berupaya untuk memaksimalisasi jumlah hasil positif yang diterima olehnya.
Orang-orang menolak untuk memperbesar masukan-masukan apabila hal tersebut memerlukan upaya atau biaya besar. Orang menolak perubahan behavioral atau kognitif dalam masukan-masukan yang penting bagi konsep diri mereka atau harga diri mereka. Daripada mengubah kognisi tentang diri sendiri seorang individu cenderung mengubah kognisi tentang perbandingan mengenai masukan dan hasil pihak lain.
Meninggalkan lapangan ahanya akan dilakukan apabila ketidak adilan hebat, tidak dapat diatas dengan metode lain.
c. Teori ekpektansi
Orang-orang termotivasi untuk berprilaku dengan cara-cara menimbulkan kombinasi-kombinasi hasil-hasil yang diekpektansikan yang didalamnya ada prinsip hedonisme.
• Teori ekpektansi Victor Vroom (1964) :
kekuatan motivasi tergantung pada ekpektansi (keyakinan sendiri untuk melakukan sesuatu) sesorang dengan konsep pokok ekpektansi (apakah kiranya saya dapat mencapai tingkat kinerja tugas yang diinginkan), instrumentalis (hasil kerja apakah akan saya peroleh sebagai hasil kinerja saja) dan valensi (bagaimankah penilaian saya tentag hasil-hasil kerja) dengan membuat persamaan bahwa motivasi merupakan hasil dari ekpektansi kali instrumentalitas kali valensi.
• Teori ekpektansi memprediksi bahwa motivasi untuk bekerja keras untuk kenaikan upah akan rendah apabila :
Ekpektansi rendah-seseorang merasa bahwa ia tidak mampu mencapai tingkat kenerja yang diperlukan. Instrumentalis rendah-orang yang bersangkutan tidak yakin bahwa sutau tingkat kinerja tugas akan menyebabkan kenaikan dalam imbalan
Valensi rendah-orang yang bersangkutan kurang menghargai kenaikan dalam imbalan
Setiap kombinasi dari ketiga macam kemungkinan, mungkin terjadi.
e. Teori pencapaian tujuan (Edwin A.Locke)
Teori ini diaplikasikan dalam teknik manajemen berdasarkan sasaran (Management by Objective) dan Locke berpendapat “kinerja cenderung meningkat sewaktu tujuan menjadi semakin sulit dicapai tetapi hal tersebut akan berlangsung hingga titik tertentu, spesifikasi tujuan secara menyeluruh yang disertai kesulitan-kesulitan ternyata sangat kuat berkaitan dengan kinerja tugas”. dimana penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional sebagai berikut :
1.Tujuan mengarahkan perhatian
2.Tujuan mengatur upaya
3.Tujuan meningkatkan persistensi
4.Tujuan menunjang strategi dan rencana kegiatan
BAB III
Kesimpulan
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
Directing atau Commanding merupakan fungsi manajemen yang dapat berfungsi bukan saja agar pegawai melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu kegiatan, tetapi dapat pula berfungsi mengkoordinasikan kegiatan berbagai unsur organisasi agar efektif tertuju kepada realisasi tujuan yang ditetapkan sebelumnya
PENDAHULUAN
1.1. latar Belakang
pengetahuan tentang actuating (pergerakan) dikalangan para remaja zaman sekarang harus ditingkatkan. Pengetahuan tentang actuating pun penting untuk diketahui dan dipelajari. Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan akan lebih meningkatkan pengetahuan kita mengenai penjelasan tentang actuating.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
Untuk mengetahui pengertian actuating
Untuk mengetahui Directing
Untuk mengetahuiModel Motivasi Manusia
Untuk mengetahui Beberapa hal yang tercakupdala actuating
1.3. Rumusan Masalah
Perumusan Masalah
Apa pengertian actuating?
Apa pengertian Directing?
Bagaimana Model Motivasi Manusia?
Apa saja yang tercakup dalam Actuating?
BAB II
ISI
2.1. Pengertian Actuating
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :
(1) Merasa yakin akan mampu mengerjakan,
(2) Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya,
(3) Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak,
(4) Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan
(5) Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
2.2. Directing atau Commanding
Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
Directing atau Commanding merupakan fungsi manajemen yang dapat berfungsi bukan saja agar pegawai melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu kegiatan, tetapi dapat pula berfungsi mengkoordinasikan kegiatan berbagai unsur organisasi agar efektif tertuju kepada realisasi tujuan yang ditetapkan sebelumnya
Fungsi Pengarahan dan Implementasi
proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi
Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
Adapun cara yang biasa dikenal adalah sebagai berikut :
Pengarahkan dilakukan dengan cara memberikan informasi yang di perlukan terutama yang berhubungna denga masalah yagn dihadapi karyawan. Pengarahan semacam ini biasanya dilakukan untuk mengangani karyawan – karywayan yang barusaja diterima sebagai karyawan baru di perusahaan. Adapun pengarahan tersebut bisa mencakup tugas yang harus dilakukan, cara – cara yang digunakan, hubungan antar sesame karyawan, tugas melaksanakan kegiatan dan seaagainya
Pengarahan dengan cara memberikan perintah yang harus dilakukan oleh bawahan. Perintah tersebut dapat dilakukan dengan cara tertulis ataupun lisan dimana perintah tersebut perlu untuk dimengerti secara baik oleh atasan. Jadi atasan harus dapat menyesuaikan kapan atasan memberikan perintah secara pormal atau tertulis maupun perintah secara lisan dan kapan atasan harus memberikan perintah yang harus dilakukan seluruh bawahan (umum) maupun hanya bagian tertentu saja (khusus)
2.3. Beberapa hal yang tercakup dalan Actuating yaitu :
1. Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasi merunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jarngan organisasi.Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok.
Pembahasan komunikasi organisasi antara lain menyangkut struktur dan fungsi organisasi, hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya organisasi. Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horizontal.
Dalam teori-teori organisasi ada dua hal yang mendasar yang dijadikan pedoman:
Teori tradisi posisional yang meneliti bagaimana manajemen menggunakan jaringan-jaringan formal untuk mencapai tujuannya.
Teori tradisi hubungan antar pribadi yang meneliti bagaimana sebuah organisasi terbentuk melalui interaksi antar individu.
2. Coordinating
Coordinating atau mengkoordinasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerjasama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan itu, antara lain dengan memberi instruksi, perintah, mengadakan pertemuan untuk memberikan penjelasan bimbingan atau nasihat, dan mengadakan coaching dan bila perlu memberi teguran.
3. Motivating
Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahannya melakukan kegiatan secara sukarela sesuai apa yang dikehendaki oleh atasan. Pemberian inspirasi, semangat dan dorongan oleh atasan kepada bawahan ditunjukan agar bawahan bertambah kegiatannya, atau mereka lebih bersemangat melaksanakan tugas-tugas sehingga mereka berdaya guna dan berhasil guna.
4. Leading
Istilah leading, yang merupakan salah satu fungsi manajemen, di kemukakan oleh Louis A. Allen yang dirumuskannya sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang menyebabkan orang lain bertindak. Pekerjaan leading, meliputi lima macam kegiatan, yakni 1) mengambil keputusan, 2) mengadakan komunikasi agar ada saling pegertian antara manajer dan bawahan, 3) memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak, 4) memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta 5) memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.4. Fungsi actuating dalam perusahaan
Fungsi fundamental dalam perusahaan setelah menata perencanaan dan pengorganisasian adalah bagaimana cara menggerakan manusia secara sukarela untuk melakukan aktiftas personal yang sesuai dengan tujuan perusahaan. “Menggerakan merupakan usaha untuk menggerakan anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan yang bersangkutan dan anggota perusahaan tersebut oleh karena anggota itu ingin mencapai sasaran tersebut” (Terry:2006:313)
2.5. Premis dasar
Menurut McGregor berpendpat bahwa ada premis dasar yang merupakan pandangan yang berlawanan dalam bentuk teori x dan teori y dengan Ciri-ciri teori X adalah berasumsi :
kebanyakan pekerja yang bekerja pada suatu perusahaan bekerja sedikit mungkin dan mereka umumnya menentang perubahan. kebanyakan pekerja harus dibujuk, diberikan penghargaan, diuhukum dan diawasi untuk mengubah kelakuan mereka agar sesuai dengan kebutuhan organisasi.
kebanyakan pekerja ingin diberikn pengarahan oleh seorang manajer formal dan dimana ada kesempatan mereka berusaha untuk menghindri tnggungjawab.
2.6. Ciri-ciri teori Y adalah berasumsi :
kebanyakan pegawai perusahaan tidaklah secara inheren membenci pekerjaan
kebanyak pegawai memiliki kapasitas untuk menerima tanggungjawab dan potensi untuk pengembangan tetapi manajemen melalui tindakanya harus membuat mereka sadar tentang sifat-sifat tersebut. kebanyakan pegawai ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan untuk mengaktualisasi diri sendiri.
2.7. Teori dasar motivasi
Dari premis dasar diatas dikenallah Motivasi yang berasal dari movere artinya menggerakan, didalamnya ada beberapa teori dasar untuk menggerakan manusia antara motivasi, kepemimpinan, komunikasi, evaluasi.
“…Motivasi mewakili proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan terjadinya persistensi kegiatan sukarela yang diarahkan ke arah tujuan tertentu” (Mitchel, 1982:81)
” Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan” (Terry, 2006:328)
Motivasi adalah kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapi tujuan organisasi yang dikondisi oleh kemampuan, upaya demikian untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu (Robbin,et.al, 1999:50)
Motivasi berhubungan dengan jiwa manusia dan pola prilaku manusia seutuhnya dan berbicara manusia selalu berhubungan dengan sebuah kebutuhan. Maslow berpendapat kebutuhan manusia berhirarkhi antara lain meliputi : 1). kebutuhan psikologis, 2). kebutuhan akan keamanan, 3). kebutuhan akan apeksi, 4). kebutuhan akan pandangan masyarakat dan 5). kebutuhan akan aktualisasi diri sendiri. Herzberg beranggapan bahwa manusia memiliki dua macam kebutuhan fundamental yaitu 1). kebutuhan akan pertumbuhan psikologis 2). kebutuhan untuk menghindari perasaan sakit dan discomport.
2.8. Fungsi Actuating dalam organisasi
Fungsi pundamental ketiga dari fungsi manajerial adalah menggerakan orang untuk melaksanakan aktifitas organisasi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Menggerakan jelas membutuhkan adanya kematangan pribadi dan pemahaman terhadap karakter manusia yang memiliki kecenderungan berbeda dan dinamis, sehingga membutuhkan adanya sinkronisasi. Sehingga bisa dikatakan fungsi actuating jauh lebih rumit oleh karena harus berhadapan langsung sehingga fungsi leadershif begitu kentara sekali dibutuhkan sekalipun semuanya melalui proses planning dan pengorganisasian terlebih dulu. Premis yang begitu fenomenal diungkapkan Doghlas McGregor bahwa seorang karyawan selalu diasumsikan negatif dan positif :
1. Teori X yang menganggap
Kebanyakan karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan bekerja sesedikit mungkin dan mereka umumnya menentang perubahan, Kebanyakan karyawan harus dibujuk.dipersuasi, diberikan penghargaan, diuhkum dan diawasi untuk mengubah kelakuan mereka agar sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan organisasi. Kebanyakan karyawan ingin diberikan pengarahan oleh seorang menejer formal dan dimana ada kesempatan mereka berusaha untuk menghindari tanggungjawab
2. Teori Y menyatakan :
Kebanyakan karyawan memiliki kapasitas untuk menerima tanggungjawab dan potensi untuk pengembangan tetapi manajemen melalui tindakan-tindakannya harus membuat mereka sadar tentang sifat-sifat tersebut. Kebanyakan karyawan ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial, kebutuhan akan pengahrgaan dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri sendiri
2.9. Motivasi
Motivasi sebagai “proses psikologikal yang yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan terjadinya persistensi kegiatan sukarela yang diarahkan kearah tujuan tertentu” (Mitchell, 1982:81)
Motivasi sebagai “kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang dikondisi oleh kemampuan upaya demikian untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu” (Robbins et.al, 1999:50)
Motivasi adalah “hasil proses-proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu yang menimbulkan sikap entusias dan persistensi untuk mengikuti arah tindakan tindakan tertentu” (Gray, 1984:69)
1. teori Motivasi
Menurut Landy & Becker (1987) teori motivasi dikategorikan dalam 5 macam yaitu : teori kebutuhan (need theory), teori keadilan (equity theory), teori ekpektansi (expectancy theory) dan teori penetapan tujuan (goal-setting theory)
a. Teori kebutuhan
•Teori hirarkhi kebutuhan Abraham Maslow yang mengungkapkan Motivasi manusia berhubungan dengan 5 macam kebutuhan yang berhirarkhi yaitu :
Kebutuhan psikologis
Kebutuhan akan keamanan
Kebutuhan akan apeksi
Kebutuhan akan pandangan masyarakat
Kebutuhan akan aktualisasi diri sendiri
Teori Erg dari Clayton P. Alderifer (1972) yaitu terkenal dengan teori (ERG yaitu Existence needs=E, Relatedness needs = R dan Growth needs = G)
Teori kebutuhan mencapai prestasi dan McClelland (1940) (motivasi berbeda-beda sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi
Teori Higiene motivator dari Frederick Herzberg (1959) yang berpendapat bahwa motivasi merupakan dampak langsung dari kepuasan kerja dimana didalamnya ada motivator kerja dan ada faktor higiene dalam bekerja.
b. Teori keadilan (Kreitner et.al., 1989
yang berpendapat orang-orang berupaya mendapatkan kelayakan dan keadilan dalam pertukaran-pertukaran sosial atau hubngan memberi dan menerima. Tendensi keadilan dan ketidakadilan :
Seorang individu akan berupaya untuk memaksimalisasi jumlah hasil positif yang diterima olehnya.
Orang-orang menolak untuk memperbesar masukan-masukan apabila hal tersebut memerlukan upaya atau biaya besar. Orang menolak perubahan behavioral atau kognitif dalam masukan-masukan yang penting bagi konsep diri mereka atau harga diri mereka. Daripada mengubah kognisi tentang diri sendiri seorang individu cenderung mengubah kognisi tentang perbandingan mengenai masukan dan hasil pihak lain.
Meninggalkan lapangan ahanya akan dilakukan apabila ketidak adilan hebat, tidak dapat diatas dengan metode lain.
c. Teori ekpektansi
Orang-orang termotivasi untuk berprilaku dengan cara-cara menimbulkan kombinasi-kombinasi hasil-hasil yang diekpektansikan yang didalamnya ada prinsip hedonisme.
• Teori ekpektansi Victor Vroom (1964) :
kekuatan motivasi tergantung pada ekpektansi (keyakinan sendiri untuk melakukan sesuatu) sesorang dengan konsep pokok ekpektansi (apakah kiranya saya dapat mencapai tingkat kinerja tugas yang diinginkan), instrumentalis (hasil kerja apakah akan saya peroleh sebagai hasil kinerja saja) dan valensi (bagaimankah penilaian saya tentag hasil-hasil kerja) dengan membuat persamaan bahwa motivasi merupakan hasil dari ekpektansi kali instrumentalitas kali valensi.
• Teori ekpektansi memprediksi bahwa motivasi untuk bekerja keras untuk kenaikan upah akan rendah apabila :
Ekpektansi rendah-seseorang merasa bahwa ia tidak mampu mencapai tingkat kenerja yang diperlukan. Instrumentalis rendah-orang yang bersangkutan tidak yakin bahwa sutau tingkat kinerja tugas akan menyebabkan kenaikan dalam imbalan
Valensi rendah-orang yang bersangkutan kurang menghargai kenaikan dalam imbalan
Setiap kombinasi dari ketiga macam kemungkinan, mungkin terjadi.
e. Teori pencapaian tujuan (Edwin A.Locke)
Teori ini diaplikasikan dalam teknik manajemen berdasarkan sasaran (Management by Objective) dan Locke berpendapat “kinerja cenderung meningkat sewaktu tujuan menjadi semakin sulit dicapai tetapi hal tersebut akan berlangsung hingga titik tertentu, spesifikasi tujuan secara menyeluruh yang disertai kesulitan-kesulitan ternyata sangat kuat berkaitan dengan kinerja tugas”. dimana penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional sebagai berikut :
1.Tujuan mengarahkan perhatian
2.Tujuan mengatur upaya
3.Tujuan meningkatkan persistensi
4.Tujuan menunjang strategi dan rencana kegiatan
BAB III
Kesimpulan
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
Directing atau Commanding merupakan fungsi manajemen yang dapat berfungsi bukan saja agar pegawai melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu kegiatan, tetapi dapat pula berfungsi mengkoordinasikan kegiatan berbagai unsur organisasi agar efektif tertuju kepada realisasi tujuan yang ditetapkan sebelumnya
Langganan:
Postingan (Atom)